Larutan Pendeteksi Zat Pewarna Pada Makanan dari Kunyit


Larutan Pendeteksi Zat Pewarna Pada Makanan dari Kunyit




Banyaknya makanan pinggir jalan yang dibuat menggunakan zat-zat berbahaya yang tidak diperbolehkan untuk dikonsumsi. Sehingga masyarakat lebih berhati-hati dengan makanan yang akan dikonsumsi,namun minimnya pengetahuan masyarakat tentang zat-zat berbahaya yang seharusnya tidak konsumsi, menyebabkan masyarakat malas memperhatikan makanannya itu berbahaya atau tidak. Selain minimnya pengetahuan masyarakat tentang makanan yang mengandung zat berbahaya,untuk menguji makanan yang mengandung zat berbahaya harus dibawa terlebih dahulu ke laboratorium yang penggunaannya memerlukan biaya yang cukup mahal dan prosesnya cukup lama. Mengolah kunyit menjadi sebuah larutan yang bisa mendeteksi zat pewarna yang dikemas pada botol spray berukuran kecil,yang mudah digunakan dan tidak membutuhkan proses yang lama untuk mendapatkan hasilnya. Tujuan dilakukan pembuatan larutan ini untuk mengetahui apakah makanan yang diuji mengandung pewarna tekstil. Manfaat pembuatan larutan ini agar masyarakat bisa mengkonsumsi makanan yang sehat,dan juga kunyit yang digunakan merupakan kunyit yang biasa didapatkan di pasar. Kunyit atau kunir, (Curcuma longa Linn. syn. Curcuma domestica Val.), adalah termasuk salah satu tanaman rempah-rempah dan obat asli dari wilayah Asia Tenggara. Tanaman ini kemudian mengalami penyebaran ke daerah Malaysia, Indonesia, Australia bahkan Afrika. Hampir setiap orang Indonesia dan India serta bangsa Asia umumnya pernah mengonsumsi tanaman rempah ini, baik sebagai pelengkap bumbu masakan, jamu atau untuk menjaga kesehatan dan kecantikan. Kunyit tergolong dalam kelompok jahe-jahean, Zingiberaceae. Kunyit dikenal di berbagai daerah dengan beberapa nama lokal, seperti turmeric (Inggris), kurkuma (Belanda), kunyit (Indonesia dan Malaysia), janar (Banjar), kunir (Jawa), koneng (Sunda), konyet (Madura). Natrium bikarbonat adalah senyawa kimia dengan rumus NaHCO3. Dalam penyebutannya kerap disingkat menjadi bicnat. Senyawa ini termasuk kelompok garam dan telah digunakan sejak lama.Senyawa ini disebut juga baking soda (soda kue), Sodium bikarbonat, natrium hidrogen karbonat, dan lain-lain. Senyawa ini merupakan kristal yang sering terdapat dalam bentuk serbuk. Natrium bikarbonat larut dalam air. Senyawa ini digunakan dalam roti atau kue karena bereaksi dengan bahan lain membentuk gas karbon dioksida, yang menyebabkan roti "mengembang".Senyawa ini juga digunakan sebagai obat antasid (penyakit maag atau tukak lambung). Karena bersifat alkaloid (basa), senyawa ini juga digunakan sebagai obat penetral asam bagi penderita asidosis tubulus renalis (ATR) atau rhenal tubular acidosis (RTA). Selain itu, natrium bikarbonat juga dapat dimanfaatkan untuk menurunkan kadar asam urat. NaHCO3 umumnya diproduksi melalui proses Solvay, yang memerlukan reaksi natrium klorida, amonia, dan karbon dioksida dalam air. NaHCO3 diproduksi sebanyak 100 000 ton/tahun (2001). Soda kue juga diproduksi secara komesial dari soda abu (diperoleh melalui penambangan bijih trona, yang dilarutkan dalam air lalu direaksikan dengan karbon dioksida. Lalu NaHCO3 mengendap sesuai persamaan berikut
Na2CO3 + CO2 + H2O 2 NaHCO3

Alat dan bahan yang dibutuhkan adalah saringan,botol spray,pisau,alu dan mortar sedangkan untuk bahannya sebagai berikut kunyit,air,baking soda.
 Cara pembuatannya sebagai berikut:
-siapkan alat dan bahan
-haluskan kunyit dan campurkan dengan air
-lalu campurkan kunyit dengan baking soda agar mendapatkan ekstrak kunyit
-masukkan ekstrak kunyit ke dalam botol spray
-jika terjadi perubahan warna maka makanan tersebut mengandung pewarna tekstil

Saya menguji larutan ini ke tahu kuning dan makaroni pedas, dan hasilnya 2 dari 3 sampel tahu kuning mengandung pewarna tekstil.  Sedangkan untuk makaroni pedas 1 dari 3 sampel juga mengandung pewarna tekstil. Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal mengenai larutan pendeteksi zat pewarna tekstil.
1.Jika bahan uji coba diberi larutan pendeteksi zat pewarna tekstil dan terjadi perubahan warna maka terdapat pewarna tekstil, jika bahan uji coba diberi larutan pendeteksi zat pewarna tekstil dan tidak terjadi perubahan warna maka tidak terdapat pewarna tekstil. Beberapa makanan yang diuji mengandung pewarna tekstil yaitu tahu kuning A dan C, sedangkan untuk makaroni makaroni A.
     Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka saya merekomendasikan berupa saran-saran sebagai Berikut: 1.Untuk mendeteksi makanan dengan pewarna tekstil sebaiknya tidak berulang-ulang karena dapat merusak makanan tersebut.

Daftar pustaka:
www.sarjanaku.com/2012/12/contoh-kesimpulan-dan-saran-dalam.html?m=1

Artikel ini dibuat oleh :
Rafly Ratunuman
garyrannold@gmail.com
 

Komentar

Postingan Populer