Biobriket dari Biji Kurma




Biobriket dari Biji Kurma
 




Proses pembuatan briket memerlukan perekatan yang bertujuan untuk mengikat partikel-partikel arang sehingga dihasilkan briket yang kompak-kompak. Karakteristik bahan baku perekat untuk pembuat briket adalah memiliki gaya kohesi yang baik bila dicampur dengan semikokas atau batu bara, mudah terbakar jumlah banyak dan murah harganya dan tidak mengeluarkan bau, tidak beracun, dan tidak berbahaya. Zat pengikat yang paling umum digunakan adalah kanji (pati trigu). Pati sagu mengandung 28% amilosa dan 72% amilopektin. Pada umumnya pembuatan briket haruslah mudah disimpan dengan kualitas yang lebih baik bahan berupa bahan padat, kecil-kecil, dan kering maupun mudah digunakan. Bahan-bahan tersebut seperti limbah pengolahan kayu, limbah pertanian seperti jerami, sekam padi, ampas tebu, dan daun kering. Limbah bahan berserat seperti serat kapas, goni, sabut kelapa, limbah pengolahan pangan seperti kulit kacang-kacangan, biji-bijian, kulit-kulitan. Melihat dari bahan-bahan yang digunakan untuk membuat briket adalah bahan limbah, sehingga tujuan pembriketan adalah meningkatkan nilai bahan limbah tersebut, memudahkan transportasi dan penyimpanan serta agar kalor yang dihasilkan bertahan lama. Oleh karena itu, dalam penelitian ini saya mencoba untuk membuat biobriket dari limbah pengolahan pangan yaitu biji kurma. Tunjuan saya melakukan penelitian in untuk mengetahui apakah biji kurma dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan biobriket. Selain itu untuk mengetahui apakah pembuatan biobriket dari biji kurma layak digunakan masyarakat. Manfaat yang dapat di ambil dari penelitian ini dapat memanfaatkan limbah pengolahan pangan yaitu biji kurma digunakan sebagai bahan baku pembuatan biobriket, dapat mengetahui cara pembuatan biobriket dan juga dapat mengetahui nyala api, tekstur, penampilan biobriket dari biji kurma. Pada praktikum ini saya tidak melakukan tes uji di laboratorium.
Briket adalah sebuah blok bahan yang dapat dibakar yang digunakan sebagai bahan bakar untuk memulai dan mempertahankan nyala api. Briket yang paling umum digunakan adalah briket batu bara, briket arang, briket gambut, dan briket biomassa. Antara tahun 2008-2012, briket menjadi salah satu agenda riset energi Institut Pertanian Bogor. Bahan baku briket diketahui dekat dengan masyarakat pertanian karena biomassa limbah hasil pertanian dapat dijadikan briket. Penggunaan briket, terutama briket yang dihasilkan dari biomassa, dapat menggantikan penggunaan bahan bakar fosil. Kurma, (Arab: تمر‎, Tamr; nama latin Phoenix dactylifera) adalah tanaman palma (Arecaceae) dalam genus Phoenix, buahnya dapat dimakan. Walaupun tempat asalnya tidak diketahui karena telah sejak lama dibudidayakan, kemungkinan tanaman ini berasal dari tanah sekitar Teluk Persia. Pohonnya berukuran sedang dengan tinggi sekitar 15-25 m, tumbuh secara tunggal atau membentuk rumpun pada sejumlah batang dari sebuah sistem akar tunggal. Daunnya memiliki panjang 3-5 m, dengan duri pada tangkai daun, menyirip dan mempunyai sekitar 150 pucuk daun muda, daun mudanya berukuran dengan panjang 30 cm dan lebar 2 cm. Rentangan penuh mahkotanya berkisar dari 6-10 m. Biji kurma berbentuk lonjong, berwarna coklat seperti kayu. Namum perlu diketahui bahwa biji kurma memiliki khasiat dan manfaat dalam kesehatan salah satu contoh memberi energi instan. Selain itu, biji kurma dapat diolah lagi sebagai bahan dalam pembuatan biobriket. Tapioka adalah tepung pati yang diekstrak dari umbi singkong. Tepung tapioka juga mempunyai beberapa sebutan lain, seperti tepung singkong atau tepung kanji. Dalam bahasa Sunda dikenal sebagai aci sampeu. Tapioka memiliki sifat-sifat yang serupa dengan tepung sagu, sehingga penggunaan keduanya dapat dipertukarkan. Bahkan, dalam percakapan sehari-hari, orang Betawi pun menamainya tepung sagu. Tepung kanji dapat digunakan sebagai lem. Pembuatan lem dilakukan dengan cara mencampurkan tepung tapioka dengan air mendidih dan diaduk-aduk. Dalam pembuatan biobriket, lem dari tepung kanji ini berguna untuk merekatkan serbuk-serbuk arang menjadi padat dan mudah di cetak.
Pembuatan briket dari biji kurma memerlukan alat dan bahan sebagai berikut :
Ø  Alat :
1.      Panci
2.      Kompor
3.      Spatula
4.      Pencetak
5.      Saringan
6.      Wajan
7.      Pengaduk
8.      Alat penumbuk
9.      Korek api
Ø  Bahan :
1.      Tepung Kanji
2.      Air secukupnya
3.      Biji kurma secukupnya
4.      Bahan Penyala (spirtus)
Langkah kerja pembuatan biobriket dari biji kurma secara umum dengan tahap pertama pembuatan arang dari biji kurma, setelah itu pembuatan lem dari tepung tapioka yang di campurkan dengan air yang telah di didihkan, kemudian lakukan proses pembriketan yaitu dengan mencampurkan ke dua adonan (arang dan lem), tahap terakhir pencetakkan lalu pengeringan.
Teknik perolehan data, saya mengacu pada uji percobaan biobriket dari biji kurma yang telah dikeringkan lalu diuji dengan memberikan bahan penyala api yaitu spirtus. Setelah itu dibakar, apabila dalam uji percobaan tersebut berhasil / api menyala maka briobriket dari biji kurma layak untuk digunakan. Selain itu, teknik perolehan data di dapat dari penilaian responden. Saya meminta kepada responden untuk menilai hasil briobriket dari biji kurma yang telah saya buat dari segi aspek nyala api, tekstur, dan penampilan dengan memberikan skor 4-1.
Saya dapat mengetahui kelayakan biobriket dari biji kurma dengan menganalisis data yang telah saya peroleh. Menganalisis dengan cara mencari rata-rata pada setiap aspek. Dengan mencari rata-rata menjumlah seluruh skor pada setiap aspek kemudian dibagi dengan jumlah seluruh responden yang menilai. Apabila di dapat nilai rata-rata 3,6-4,0 dalam kriteria kelayakan di nilai sangat layak, 3,1-3,5 di nilai layak, 2,1-3,0 di nilai cukup layak, dan 1,0-2,0 di nilai kurang layak
            Hasil penelitian responden dapat diketahui dengan penilain responden yang sudah di dapat. Dengan hasil rata-rata pada segi aspek ketahanan nyala api dengan hasil rata-rata 2,4 , sedangkan pada segi aspek penampilan 3,7 , dan segi aspek tekstur 3,1. Setelah di analisis ternyata biobriket dari biji kurma dari segi aspek ketahanan nyala api di nilai cukup layak, beberapa responden menilai tidak layak. Namun, juga terdapat beberapa responden yang menilai ketahanan nyala api cukup layak. Hal itu terjadi karena pada saat menguji ketahanan nyala api menggunakan bahan penyala biodisel, ketahanan nyala api hanya beberapa detik. Namun, pada saat menguji dengan menggunakan bahan penyala spirtus ketahanan nyala apinya cukup lama sekitar 3 menit. Dari segi tekstur di nilai layak karena pada saat responden memenggang biobriket tersebut dengan ditekan responden akan merasakan kerasnya biobriket dan bentuknya yang kasar di karekan abu-abu yang kasar. Dari segi penampilan dinilai sangat layak karena bentuknya yang sesuai dengan cetakkanya lingkaran dan rapi. Perlu diketahui biobriket dari biji kurma ini ternyata memiliki aroma yang sangat harum yaitu seperti aroma kopi. Dapat disimpulkan bahwa biobriket dari biji kurma layak digunakan masyarakat. Saran dalam melakukan percobaan ini yaitu sebaiknya pada saat biji kurma akan di tumbuk pada proses penyangraian harus terlihat biji kurma benar-benar sudah berwarna kehitam-hitaman dan tidak ada warna coklat pada biji kurma agar penumbukkan mudah dan tekstur biobriket lebih bagus, selain itu pada saat pengujian ketahanan nyala api pada biobriket saya lebih menyarankan menggunakan spirtus dan juga pertimbangkan lagi apabila anda akan melakukan percobaan ini karena menurut saya biji kurma lebih sangat layak digunakan sebagai bahan pembuatan makanan/minuman karena pada saat peroses penumbukkan aroma biji kurma sangatlah harum seperti aroma kopi. Saya juga sudah membaca pada artikel-artikel pada internet bahwa biji kurma ini dapat dikonsumsi masyarakat dengan olahan minuman yaitu kopi dan memilki banyak khasiat.

Artikel ini dibuat oleh :
Ratih Atri Rahma Putri
ratihatri16@gmail.com

Komentar

Postingan Populer